SAMPAH DILARANG BERKUMPUL !! (Part.2)



SAMPAH DILARANG BERKUMPUL !! (Part.2)

Bagaimana telah dijelaskan pada penulisan pertama, yakni sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang tidak lagi memiliki nilai ekonomis. Sehingga keberadaannya tidak lagi diinginkan, menurut pendapat lain Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.” (Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996).

Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat perindustrian maupun rumah tangga sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kegiatan perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas kehidupan dapat lebih ditingkatkan. Namun seringkali peningkatan teknologi juga menyebabkan dampak negatif yang tidak sedikit.

Dampak bagi kesehatan, lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai(pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah pertama dampak terhadap lingkungan. Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
.
Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip-prinsip produksi bersih adalah prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian misalnya dengan menerapkan prinsip 4R yaitu ‪Reduce (Mengurangi), sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

‪Kedua reuse (memakai kembali), sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

‪Recycle (Mendaur ulang), yaitu sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang, karena tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

‪Replace ( Mengganti), teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya ganti kantong kresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami. 

Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut setidaknya kita mengurangi sampah mulai dari diri kita sendiri. Namun, zaman modern seperti ini kebanyakan orang tidak mempedulikan hal kecil tersebut.  Disini saya akan sedikit memberi solusi yang semoga bermanfaat. Sampah sendiri sebenarnya masih memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Itu bagaimana cara kita memperlakukan sampah itu sendiri. Kembali pada individu setiap warganya, pemilahan sampah adalah cara terbaik dalam mengelola sampah tahap awal. Pemisahan ini bisa dilakukan dengan membedakan tempat sampah sesuai dengan jenis sampah itu sendiri, contohnya sampah organik dengan tempat sampah berwarna hijau, biru untuk sampah plastik, merah sampah B3 dan kuning sampah kemasan, sehingga dalam pengolahannya pun akan mempersingkat waktu. 

Ketika sebagian orang memandang sebelah mata sampah, kita sebagai generasi yang kreatif dan inovatif di era globals seperti sekarang ini harus dapat menciptakan peluang mandiri. Disisi lain dapat membantu mengatasi mengurangi sampah disisi lain kita dapat menghasilkan produk yang inovatif dengan didorong oleh kecanggihan teknologi ini seharusnya dapat di atasi dengan mudah.

Banyak industri kreatif yang berhasil mengembangkan sampah menjadi souvenir-souvenir cantik, hingga tampak bukan berasal dari bahan bekas. atau mendaur ulang sampah organik menjadi pupuk kompos yang sangat bermanfaat bagi petani. Dilain tempat ada pula yang menjadikan kotoran sapi menjadi penghasil tenaga listrik yang memanfaatkan gas metan dalam kotoran tersebut. 

Ini sebagian kecil bukti bahwa sebenarnya sumber daya manusia di Indonesia masih mampu menangani masalah sampah . Namun, karena belum adanya kerjasama dalam daerah regional akan mempersulit penangan sampah itu sendiri dan belum adanya dukungan yang serius dari pemerintah dalam untuk masalah sampah ini.

Ubah cara pandang kita tentang sampah. Ungkapan 'buanglah sampah pada tempatnya' sering kita dengar sehari-hari. Akan tetapi, menurut Mouldie Satria dari Waste4Change, ungkapan ini bisa membuat pola pikir kita keliru tentang sampah. 'Banyak orang masih menganggap sampah itu harus dibuang, bukan diolah. Buangnya? ya di mana saja asal bukan di belakang rumah kita,' sambungnya.

Padahal lebih dari 60% sampah rumah tangga ternyata bisa diolah secara mandiri di rumah. Jadi, untuk mengatasi masalah sampah, hal pertama yang harus diubah adalah cara pikir, bahwa sampah bukan untuk dibuang, tetapi diolah.

Jika cara pengolahan sampah secara mandiri belum bisa diandalkan, maka manfaatkanlah bank sampah yang ada disekitar rumahmu. Kalau persoalan sampah organik teratasi dengan pembuatan kompos di rumah, bagaimana dengan sampah anorganik?

Salah satu alternatif yang bisa dimanfaatkan adalah kehadiran bank sampah yang kini sudah banyak berdiri di lingkungan sekitar. Bank sampah adalah sebutan untuk tempat penukaran sampah anorganik dengan uang tabungan.

Sampai akhir Juni 2012 sekitar 782 bank sampah sudah berdiri di sejumlah kota di Indonesia, dengan dana bergulir mencapai lebih dari 31 milliar rupiah.

Dengan demikian akan sedikitnya umur barang menjadi sampah setidaknya tertunda beberapa waktu, atau mungkin menjadikan barang yang bernilai ekonomis dan dapat kembali bermanfaat. Pendidikan lingkungan seharusnya ditanamkan pada seseorang sejak dini. Misalnya pendidikan di sekolah mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas. Jika diperlukan penerapan pada lembaga-lembaga perguran tinggi atau instansi-intansi perkantoran. Bahwa pemeliharaan lingkungan dalam menjaga alam itu sangat mudah, mulai dari diri sendiri dengan menggerakan aksi yang nyata dengan pengolahan sampah tersebut. Memang masalah sampah harus diselesaikan melalui aksi secara kolektif, namun merubah kebiasaan dari individu satu kepada individu lain akan menciptakan pembangunan pembaharuan yang baru mengenai apa yang telah disosialisasikan. Demi kebaikan bersama menuju masa depan tanpa sampah, ingat. sampah itu diolah bukan dibuang .... !!

Referensi :
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/01/150130_trensosial_sampah
https://biosbarti.wordpress.com/2013/03/24/masalah-sampah/

Komentar

Postingan Populer