ISU ETIKA SIGNIFIKAN DALAM DUNIA BISNIS DAN PROFESI
Dalam
dunia bisnis perusahaan atau pelaku bisnis akan berupaya dengan cara yang
berbeda-beda untuk memenuhi tujuan tersebut, didukung dengan perkembangan
teknologi yang semakin maju. Usaha dalam mencapai tujuan dilakukan dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi, salah satunya adalah internet. Ini salah
satu teknologi pembuka jalan untuk peluang menuju kesuksesaan suatu usaha dan
sekaligus menjadi jalan sebagai pengaruh yang buruk. Informasi yang tersebar di
internet bukan hanya yang berdampak positif bagi perusahaan, namun dampak
negative diantaranya dapat membuat perusahaan dalam keadaan krisis karena
pengaruh isu di internet sangat cepat beredar di masyarakat sebagai konsumen.
Perubahan
perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya,
kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari
pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan
pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha
melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti
hukum dan aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.
Secara
sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak
mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis
sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnisyang
dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari
elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi
kebutuhan masyaraka
1. Konflik
Kepentingan (Conflict of Interests)
Menurut Hartman dan Desjardins (2012),
konflik kepentingan adalah terjadi ketika seseorang memegang sebuah posisi di
mana ia diberikan kepercayaan untuk membuat penilaian atas nama pihak lain,
namun kepentingan atau kewajiban pribadinya bertentangan (berkonflik) dengan
kepentingan atau kewajiban pihak lainnya itu. Konflik kepentingan juga timbul
ketika kewajiban etis seseorang dalam tugasnya berbenturan dengan kepentingan
pribadi. Konflik kepentingan mempengaruhi kepentingan publik atau perusahaan,
yaitu pengabaian kepentingan publik demi kepentingan pribadi baik finansial
maupun nonfinansial. Selain itu, konflik kepentingan mempengaruhi pengambilan
keputusan yang bertujuan meluluskan kepentingan pribadinya. Konflik kepentingan
adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada posisi yang memerlukan kepercayaan,
seperti akuntan, pengacara, eksekutif atau direktur suatu perusahaan yang mana
memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan.
Konflik kepentingan masih bersifat
potensial ketika jika dan hanya jika pengambil keputusan belum berada dalam
situasi di mana dia harus membuat pertimbangan. Konflik kepentingan benar-benar
terjadi ketika jika dan hanya jika pengambil keputusan sudah berada pada
situasi di mana dia harus membuat pertimbangan. Terkadang konflik kepentingan
dikatakan terjadi pada situasi di mana konflik kepentingan tidak ada tetapi
karena kesenjangan informasi antar pihak yang satu dan lainnya mengakibatkan
pengambil keputusan diduga melakukan kesalahan.
Kevin Bahr dalam Hartsman dan Desjardins
(2012) mengidentifikasi beberapa penyebab konflik kepentingan dalam profesi
akuntan, khususnya akuntan publik:
1) Hubungan
keuangan antara kantor akuntan publik dengan klien auditnya.
2) Konflik
di antara jasa-jasa yang ditawarkan oleh kantor akuntan publik yaitu jasa
konsultasi manajemen yang mempengaruhi independensi dari opini perusahaan
akibat adanya fee tambahan.
3) Kurangnya
independensi dan keahlian dari komite audit.
4) Peraturan
yang dibuat sendiri oleh organisasi profesi akuntan.
5) Kurang
aktifnya pemegang saham dalam mengawasi dewan direksi dan manajemen.
6) Keserakahan
jangka pendek eksekutif yang bertentangan dengan kemakmuran pemegang saham
jangka panjang.
7) Adanya
skema kompensasi eksekutif.
8) Skema
kompensasi untuk analis sekuritas yang menimbulkan konflik kepentingan
potensial bagi analis tersebut.
2. Etika
dalam Tempat Kerja
Pada
umumnya, beretika dalam tempat kerja yaitu memastikan diri bertindak sesuai
dengan prinsip salah-benar yang diterima umum di tempat kerja. Etika adalah
masalah yang berkaitan dengan prosedur pengambilan keputusan berdasarkan
integritas yang mengarahkan keputusan dan pekerjaan seseorang dalam suatu
perusahaan. Etika dalam tempat kerja biasanya meliputi kewajiban moral,
kejujuran, tidak melakukan kecurangan, bekerja dengan baik, dan tidak
menyalahgunakan tanggung jawab.
Secara
umum, ada dua hal yang terkandung dalam etika bisnis yaitu kepercayaan dan
tanggung jawab. Kepercayaan adalah bagaimana mempertahankan kejujuran dalam
dunia kerja. Sedangkan tanggung jawab adalah ukuran hasil kerja seseorang. Tanggung
jawab moral utama karyawan dan manajer adalah untuk bekerja demi pencapaian
tujuan perusahaan dan menghindari aktivitas-aktivitas yang mungkin mengancam
tujuan tersebut.
3. Akuntabilitas
Sosial
Akuntabilitas
terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal
pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan
kepada masyarakat (Afriyadi dalam Lako, 2011).
Tujuan
adanya akuntabilitas sosial antara lain adalah:
1) Untuk
mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi
masyarakat yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
produksi suatu perusahaan.
2) Untuk
mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya,
mencakup : financial dan managerial social accounting, social auditing.
3) Untuk
menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan suatu
hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu
perusahaan.
Proses
pengukuran akuntabilitas sosial terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1) Menentukan
biaya dan manfaat sosial dengan memperhatikan sistem nilai masyarakat yang mana
juga berguna dalam mengidentifikasi kontribusi dan kerugian secara spesifik.
2) Menghitung
biaya dan manfaat dari aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial yang
ditentukan dari kerugian dan kontribusi.
3) Menempatkan
nilai moneter pada jumlah akhir.
Tanggung Jawab Sosial Bisnis dunia
bisnis hidup ditengah-tengah masyarakat, kehidupannya tidak bisa lepas dari
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu ada suatu tanggungjawab social yang
dipikul oleh bisnis. Banyak kritik dilancarkan oleh masyarakat terhadap bisnis
yang kurang memperhatikan lingkungan.
4. Manajemen
Krisis
Manajemen krisis
adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah
jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal. Artinya terjadi gangguan
pada proses bisnis ‘normal’ yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan
untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat
dikategorikan sebagai krisis.
Adanya isu-isu
etika yang bermunculan dalam dunia bisnis dan profesi akuntan menyebabkan
terjadinya krisis pada kedua dunia tersebut. Akibat dari mengabaikan etika ada
beberapa perusahaan dan kantor akuntan publik yang mengalami kemunduran dan
krisis. Penanganan Krisis pada hakekatnya
dalam setiap penanganan krisis, perusahaan perlu membentuk tim khusus. Tugas
utama tim manajemen krisis ini terutama adalah mendukung para karyawan
perusahaan selama masa krisis terjadi. Kemudian menentukan dampak dari krisis
yang terjadi terhadap operasi bisnis yang berjalan normal, dan menjalin
hubungan yang baik dengan media untuk mendapatkan informasi tentang krisis yang
terjadi. Sekaligus menginformasikan kepada pihak-pihak yang terkait terhadap
aksi-aksi yang diambil perusahaan sehubungan dengan krisis yang terjadi.
Referensi:
http://maristafitri.blogspot.co.id/2014/12/isu-etika-signifikan-dalam-dunia-bisnis.html
Hartman,
L. P. dan J. 2012. DesJardins. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk
Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Keraf,
Sonny. 1998. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Lako,
Andreas. 2011. Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis &
Akuntansi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Komentar
Posting Komentar