RENMINBI YUAN MENDUNIA



RENMINBI YUAN MENDUNIA

International Monetary Fund (IMF) awal bulan desember mengumumkan bahwa Renminbi Yuan mata uang negara China akan menjadi salah satu mata uang internasional, bersamaan dengan dollar AS, euro, Yen Jepan serta poundsterling Inggris. Ini diresmikan oleh Rapat Dewan Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Senin waktu setempat atau selasa dini hari (1/12) memutuskan Reminbi Yuan dimasukan ke dalam keranjang cadangan aset internasional atau Special Drawing Right (SDR).

Berdasarkan peninjauan lima tahuan SDR, IMF menilai Reminbi telah memenuhi dua criteria: Banyak digunakan dalam transaksi dagang di pasar global dan bebas dipakai dalam transaksi keuangan dunia. Meskipun keputusan itu baru efektif berlaku per 1 Oktober 2016. Jadi masih 10  bulan kedepan untu 188 negara anggota IMF untuk menata ulang komposisi cadangan aset mata uangnya.

Kekuatan perekonomian Cina di dunia menjadikan negaranya salah satu negara Asia dengan penggunaan mata uangnya terbesar mengalahkan euro atau pun Yen. Penggunaan Renminbi Yuan di dunia tercatat menjadi yang kedua setelah dollar AS, dan penggunaannya hingga 10 persen diseluruh dunia. 

Permulaan bulan ini, Direktur IMF, Christine Lagarde, mendukung dimasukkannya yuan dalam kelompok ini. Sebenarnya dari tahun lalu ketua IMF ini meminta bahwa Renminbi Yuan dimasukan dalam salah satu mata uang internasional karena kini China menjadi negara ekonomi raksasa kedua setelah Amerika. Mata uang cadangan dipakai bank sentral dan organisasi keuangan lainnya untuk membantu membayar utang internasional dan menjaga tingkat suku bunga yang stabil. Perubahan terakhir yang dilakukan terhadap kelompok ini adalah pada tahun 2000 ketika euro menggantikan deutschmark Jerman dan franc Prancis.

Hingga September 201, isi keranjang SDR mencapai US$280 miliar, yang terdiri dari 42 persen mata uang dollar AS, 37 persen euro, pound 11 persen dan 9 persen Yen. Seiring masuknya Reminbi, pembobotan keranjang SDR turut berubah yaitu; dollar AS 41.73 persen, euro 30.93 persen, renminbi 10.92 persen, Yen 8.33 persen dan pound 8.09 persen. Setelah 30 September 2016, pangsa dari lima mata uang itu akan berubah sesuai dengan pergerakan nilai tukarnya.

Namun dengan porsi bobot sekitar 10 persen dlam keranjang SDR, tambahan permintaan Renminbi Yuan nantinya bisa sekitar US$370 miliar. Lonjakan atas permintaan mata uang China itu diperkirakan berlangsung dalam tiga tahun ke depan. Kondisi tersebut perlu disikapi secara hati-hati karena bakal terjadi arus keluar dana dari masing-masing negara ke aset-aset keuangan berdenominasi Reminbi.

Pada selasa (1/12) pasca pengumuman masuknya reminbi kedalam SDR, Rupiah di pasar spot menguat tipis 0.27 persen menjadi 13.809 per dollar AS, adapun terhadap reminbi menguat 0.33 persen menjadi 2.157 per yuan.

Dalam hal ini sebenarnya tidak berdampak signifikan pada perekonomian Indonesia, atau malah menjadi keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Karena kita banyak mengimpor barang buatan China itu akan mengurangi pemakaian dollar kita hanya untuk mengimpor barang dari negara berpenduduk terbanyak di dunia tersebut. Kini dapat menggunakan Renminbi Yuan yang nilainya tidak jauh berbeda dengan Rupiah, yakni 1 Renminbi Yuan = Rp. 2158,10.- Jadi memberi keuntungan bagi perekonomian Indonesia selain mengurangi permintaan dollar, Inflasi pun sedikit teratasi dengan menurunnya permintaan dollar. Memang sedikit kehawatiran akan sulit mendapatkan Renminbi Yuan belakangan ini, namun pemerintah Indonesia-China sudah bekerja sama dalam hal itu, China pun tak mau dirugikan karena Indonesia adalah pengimpor barang China yang terbesar, sedangkan untuk ekspor Indonesia lebih mengarah ke India 

Mungkin di negara tirai bambu ini akan mengalami sedikit penyesuaian dengan dampak permintaan Renminbi Yuan akan berkembang pesat. Ditaksirkan bahwa penyesuaian ini akan berlangsung hingga 2030 dimana hingga saat itu Renminbi Yuan akan bersaing dengan dollar AS. Sedikit pekerjaan rumah bagi pemerintah China, karena mata uangnya kini menjadi mata uang internasional akan berdampak pada perekonomian internal negara China sendiri. Karena meskipun sebagai negara berproduksi terbesar ini mempunyai masyarakat yang lebih besar juga jumlahnya, jika untuk mengimbangi perekonomian Amerika yang menjadi negara adi kuasa nampaknya cukup sulit bagi China.

Belum lagi China belum sepanjang itu berpikir bagaimana instrument siap dijalankan, persoalannya adalah instrument keuangan dan investasi China belum go International. Pasar utang China di dalam negeri menempati posisi ketiga terbesar di dunia, namun kepemilikan investor asing Cuma 3 persen. Dengan masuknya reminbi ke dalam SDR, diperkirakan porsi asing di pasar obligasi China bakal meningkat jadi 20 persen

Mengenai masuknya yuan sebagai mata uang dunia disebut akan membantu neraca perdagangan. Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong menilai, hal ini akan memacu ekspor Indonesia. Pasalnya, saat ini impor Indonesia paling banyak datang dari China. Bila Indonesia banyak menggunakan yuan untuk kebutuhan impor barang, dengan otomatis China akan banyak memegang rupiah.

Bagi Rupiah yang berada di negara China, mereka dipastikan pasti mengembalikan ke Indonesia tidak secara cuma-cuma. Antara berinvestasi atau mengimpor barang dari Indonesia itu menjadi pilihan mereka. Namun Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut karena Efeknya, tak akan signifikan, pun terhadap pasar modal. Saat ini Indonesia 65 persennya masih merupakan investor lokal. Sepanjang ini masih terus terjadi, diresmikannya yuan sebagai mata uang utama dunia tak terlalu berpengaruh terhadap pasar domestik. "Karena sumbernya dari rupiah juga," ucap Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI)

Meskipun penyesuaian tersebut masih lama dan China juga tidak akan gegabah mengambil tindakan yang akan merugikan negaranya, fase ini sangat lama jadi pengaruh terhadap Indonesia juga tidak terlalu cepat, kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara.

Salah satu penyesuaian perubahan kurs rate dari fix rate menjadi floating rate. Kondisi ini membuat penetapan reminbi jadi mata uang dunia masih jauh tahapannya, sehingga BI belum mengambil kebijkaan moneter kedepannya seperti menumpuk Renminbi sebagai cadangan devisa. 

Jika dalam jangka panjang Reminbi yuan dapat bertahan sama seperti hal nya mata uang euro atau pun yen di SDR, keuntungan bagi negara berkembang seperti Indonesia yang sangat sering melakukan transaksi dengan China. Karena akan banyak Rupiah yang ditukar dengan yuan, kemudian China akan membelanjakannya memungkinkan pada Indonesia, sangat tidak mungkin China membeli barang ke Amerika dengan menggunakan Rupiah.

Referensi:
http:// katadata.co.id/teelah/2015/12/01/reminbi-mata-uang-dunia-efek-ke-pasar-keuangan-belum-terasa
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/11/151130_majalah_yuan_matauang
http://m.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/15/12/07/nyzazt383-yuan-jadi-mata-uang-dunia-bagaimana-dampaknya-bagi-investasi-di-indonesia
http://m.okezone.com/read/2015/12/07/20/1262431/ekspor-ri-akan-terbantu-yuan-yang-jadi-mata-uang-internasional

Komentar

Postingan Populer